Tabungan Emas dipandang positif, Berikut Penjelasan Yulianto!

0
38
tabungan-emas-dipandang-positif-berikut-penjelasan-yulianto_11zon
Ketua Komite Tetap Fiskal Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur, Yulianto Kiswocahyono, SE., SH., BKP. (foto: Wahyu/Newstimes.id)

NEWS TIMES – Tabungan emas saat ini cenderung positif, karena didorong oleh ketidakpastian ekonomi global dan nilai emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Namun, ada pula pandangan yang menyoroti risiko dan keterbatasan tabungan emas, menjadikannya bukan satu-satunya pilihan investasi.

Lantas bagaiman penjelasnya? Analis Pasar yang Juga Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal dan Moneter KADIN Jawa Timur, Yulianto Kiswocahoyo, SE., SH., BKP menjelaskan, tabungan emas dipandang positif di tengah ketidakpastian. Karena emas memiliki lindung nilai terhadap inflasi. Menurut saya, emas dapat mempertahankan nilainya atau bahkan meningkat saat inflasi tinggi, sementara nilai mata uang kertas cenderung menurun.

“Emas juga sebagai aset safe haven di tengah ketegangan politik, resesi, atau ketidakpastian pasar finansial, maka kemudian investor cenderung beralih ke emas,”ujar Yulianto yang juga Praktisi Perpajakan, Sabtu (4/10/2025).

Lebih lanjut, kata Yulianto meskipun kinerja emas tidak selalu mengungguli pasar saham dalam jangka panjang, tapi emas dinilai penting untuk diversifikasi portofolio investasi agar tidak terlalu bergantung pada satu jenis aset saja.

“Permintaan emas dari bank-bank sentral, khususnya dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, terus meningkat untuk mendiversifikasi cadangan mereka dari dolar AS. Hal ini yang menyebabkan tren kenaikan harga emas,”terangnya.

Yulianto menjelaskan, Layanan tabungan emas digital membuat emas lebih mudah diakses oleh masyarakat dengan modal kecil, mulai dari Rp5.000 atau 0,1 gram.

Sementara itu, Yulianto mengingatkan bahwa emas kurang cocok untuk investasi jangka pendek karena harganya bisa berfluktuasi tajam. Potensi keuntungan baru terasa dalam jangka menengah atau panjang.

“Emas sebagai “aset tidak produktif” karena tidak menghasilkan pendapatan (seperti dividen atau bunga). Keuntungan hanya berasal dari kenaikan harga. Meskipun harga emas mencetak rekor baru pada 4 Oktober 2025 mengalami kenaikan sebesar Rp. 4.000 atau sebesar Rp. 2,239.000, dibanding sebelumnya sempat mengalami penurunan Rp. 2.000,”ungkapnya.

Yulianto yang juga Kolektor Emas Batangan memberikan tips dengan merekomendasikan untuk mengalokasikan persentase yang kecil misalnya, 3–6% dari total portofolio ke emas, sesuai dengan profil risiko masing-masing.

“Emas sebaiknya hanya menjadi bagian dari portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, dan bukan satu-satunya instrumen investasi. Bagi investor yang mencari pertumbuhan dalam jangka panjang, emas dapat menjadi pilihan yang bagus. Emas cocok bagi yang bersedia melihat gambaran besar dan tidak panik dengan fluktuasi jangka pendek,”jelasnya.

Yulianto menuturkan, kunci utama seorang investor itu sabar, bukan persoalan besar kecilnya modal. Tapi sabar berkepanjangan untuk kemudian memperoleh hasil yang diharapakan.

(Editor : Malik/Newstimes.id)

Cek Berita dan Artikel yang lain di WhatsApp Channel & Google News

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here