NEWS TIMES – Dalam era persaingan bisnis yang semakin ketat, banyak perusahaan berlomba-lomba membangun citra positif di mata masyarakat. Salah satu strategi yang sering digunakan adalah program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Namun, pertanyaan yang muncul adalah, apakah CSR yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan tersebut merupakan bentuk kepedulian sosial yang tulus, ataukah hanya sekedar upaya untuk meningkatkan citra semata?
Pada dasarnya, CSR merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial dan menitikberatkan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Melalui program CSR, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memberikan manfaat positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Namun, dalam praktiknya, banyak perusahaan menggunakan CSR sebagai alat untuk meningkatkan citra dan reputasi di mata publik, bukan sebagai bentuk kepedulian tulus. Program CSR sering kali terlihat kurang sinergis dengan core bisnis perusahaan, sehingga menimbulkan kesan bahwa CSR hanya dijalankan untuk memenuhi tuntutan peraturan atau sebagai strategi pemasaran.
Ini terlihat dari program-program CSR yang cenderung temporer dan kurang berkelanjutan. Misalnya, perusahaan mengadakan program donasi untuk bencana alam atau kegiatan bakti sosial di suatu wilayah, namun tidak ada tindak lanjut atau evaluasi yang jelas mengenai dampak jangka panjang bagi masyarakat.
Selain itu, perusahaan sering kali hanya fokus pada aspek yang dapat menarik perhatian publik, tanpa mempertimbangkan dampak yang lebih luas. Sebagai contoh, perusahaan menyelenggarakan program penanaman pohon di suatu area, namun tidak memastikan bahwa pohon-pohon tersebut benar-benar tumbuh dan terawat dengan baik.
Di sisi lain, terdapat perusahaan yang benar-benar menjalankan program CSR sebagai manifestasi kepedulian dan tanggung jawab sosialnya. Mereka mengintegrasikan program CSR dengan strategi bisnis, sehingga memberikan manfaat optimal bagi masyarakat dan lingkungan.
Perusahaan semacam ini tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dengan sungguh-sungguh.
Misalnya, perusahaan yang memproduksi alat kesehatan mengembangkan program CSR berupa pelatihan bagi tenaga medis di daerah terpencil atau memberikan bantuan peralatan medis untuk klinik komunitas. Atau perusahaan di bidang teknologi informasi yang mengadakan program pelatihan digital bagi masyarakat kurang mampu agar dapat mengakses layanan online dengan lebih baik.
Program CSR yang bersifat komprehensif, berkelanjutan, dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan dapat dianggap sebagai bentuk kepedulian sosial yang tulus. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya menyisihkan sebagian laba untuk kegiatan CSR, tetapi juga terlibat secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program tersebut.
Untuk membedakan apakah suatu program CSR merupakan bentuk kepedulian sosial atau hanya sekedar pencitraan, perlu dilihat dari beberapa indikator, seperti keselarasan dengan core bisnis perusahaan, keterlibatan dan manfaat bagi masyarakat, serta kesinambungan program dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami dengan baik makna dan tujuan dari CSR, serta menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Hanya dengan demikian, program CSR akan benar-benar menjadi bentuk kepedulian sosial yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, bukan sekedar strategi pencitraan belaka. Dengan demikian, praktik PR perusahaan juga akan lebih efektif dalam membangun reputasi yang kuat dan berkelanjutan.
Writer : Olivia Yuniar Parinussa
Cek Berita dan Artikel yang lain di WhatsApp Channel & Google News