
NEWS TIMES – Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh PT Pertamina (Persero) dan Shell Indonesia per 1 November 2025 menjadi sorotan tajam Praktisi ekonomi dan Perpajakan Yulianto Kiswocahyono.,SE.,SH.,BKP.
Kepada wartawan Newstimes.id, Yulianto yang juga menjabat Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal dan Moneter KADIN Jatim mengatakan, dinamika pasar yang terjadi, dimana harga BBM Shell cenderung turun sementara beberapa produk Pertamina justru naik, dinilai mencerminkan strategi kompetisi yang ketat serta tantangan ekonomi global.
“Penyesuaian ini merupakan antara strategi kompetisi dan beban masyarakat. Saya menilai bahwa hal ini suatu langkah wajar yang dilakukan oleh operator BBM swasta dan BUMN dalam merespons fluktuasi harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah,”ujar Yulianto, Sabtu (1/11/2025)
Lebih lanjut, Yulianto menuturkan, langkah Shell yang menurunkan harga BBM bensin menunjukkan upaya mereka untuk merebut pangsa pasar di tengah persaingan ketat.
“Sementara Pertamina yang menyesuaikan harga diesel mencerminkan kehati-hatian dalam mengelola biaya operasional yang dipengaruhi oleh ICP (Indonesian Crude Price) yang masih volatil,” jelasnya.
Kata Yulianto, disparitas harga antara kedua operator ini dapat memberikan pilihan yang lebih beragam bagi konsumen, namun juga menimbulkan potensi pergeseran permintaan antar SPBU.
“Meski penurunan harga Shell disambut baik, kenaikan harga Dexlite Pertamina tetap menjadi perhatian serius para pengamat ekonomi. Kenaikan harga BBM jenis diesel secara historis memiliki dampak signifikan terhadap sektor logistik dan transportasi,”terangnya.
Yulianto mengungkapkan, kenaikan harga BBM jenis diesel cenderung memicu kenaikan biaya angkut barang, yang pada akhirnya dapat mendorong inflasi pada harga kebutuhan pokok.
“Saya menggaris bawahi pentingnya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga BBM bersubsidi (Pertalite dan Solar) sebagai katup pengaman utama untuk mencegah lonjakan inflasi yang lebih luas,” ungkapnya.
Menyikapi situasi ini, Yulianto mendorong pemerintah untuk terus memonitor pergerakan harga minyak dunia secara cermat dan menyiapkan skema mitigasi risiko. Transparansi dalam penentuan harga eceran BBM juga ditekankan agar masyarakat dapat memahami justifikasi di balik setiap penyesuaian harga yang terjadi setiap bulannya.
“Pemerintah perlu memastikan pasokan BBM tetap aman dan tidak terjadi kelangkaan di tengah dinamika harga ini, sambil terus mengedukasi masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga BBM non-subsidi,” pungkasnya.
Diketahui, berdasarkan pengumuman resmi dari kedua perusahaan, penyesuaian harga ini didasari oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia dan nilai tukar mata uang rupiah.
Berikut adalah estimasi rincian harga baru Pertamina dan Shell Indonesia yang berlaku di beberapa wilayah, terutama di DKI Jakarta (harga dapat berbeda di daerah lain) :
- Pertamina:
- Pertamax: Naik menjadi sekitar Rp 14.500 – Rp 15.000 per liter (perkiraan).
- Pertamax Turbo: Naik menjadi sekitar Rp 15.500 – Rp 16.000 per liter (perkiraan).
- Shell Indonesia:
- Shell Super: Naik menjadi sekitar Rp 15.200 – Rp 15.700 per liter (perkiraan).
- Shell V-Power: Naik menjadi sekitar Rp 16.000 – Rp 16.500 per liter (perkiraan).
(Writer: Malik/Newstimes.id)
Cek Berita dan Artikel yang lain di WhatsApp Channel & Google News



