
NEWS TIMES – Harga Bitcoin (BTC) kembali terjun bebas hingga menembus level psikologis sekitar USD 90.000 pada Selasa (18/11/2025).
Kejatuhan ini menjadi yang terdalam dalam tujuh bulan terakhir, menandai berubahnya sentimen pasar menjadi “extreme fear” seiring meningkatnya tekanan likuidasi, dan ketidakpastian kebijakan moneter Amerika Serikat.
Pada perdagangan Selasa siang waktu Indonesia, Bitcoin sempat diperdagangkan di kisaran USD 89.300–90.500, sebelum kembali stabil tipis di level sekitar USD 91.000.
Berdasarkan data pasar menunjukkan bahwa fase pelemahan ini menghapus hampir seluruh kenaikan yang dicapai Bitcoin sepanjang tahun 2025.
Menanggapi hal ini, Praktisi Ekonomi dan Perpajakan Yulianto Kiswocahyono,SE.,SH.,BKP menuturkan, penurunan tajam ini dipicu oleh kombinasi faktor makro ekonomi dan teknical yang saling memperkuat.
“Penurunan harga Bitcoin tak lepas dari memudarnya ekspektasi pasar terhadap rencana penurunan suku bunga, The Federal Reserve pada akhir tahun ini. Juga minimnya kepastian kebijakan membuat investor menarik dana dari aset berisiko, termasuk kripto,”ujar Yulianto kepada Newstimes.id
Di sisi lain, kata Yulianto yang juga menjabat Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal dan Moneter Kadin Jatim menjelaskan, data derivatif menunjukkan terjadinya likuidasi posisi long hingga ratusan juta dolar.
“Tentunya memicu efek domino penurunan harga di seluruh ekosistem kripto. Banyak support teknikal penting, seperti area USD 93.000–96.000, jebol tanpa perlawanan berarti,” jelasnya
Lebih lanjut, Yulianto mengatakan bitocin masih berpotensi melanjutkan penurunan ke zona support berikutnya di rentang USD 79.500–80.000 bila harga gagal kembali menembus level validasi di USD 90.300 pada pekan ini.
Sementara itu, beberapa analis lainnya menilai pelemahan ini berpotensi menjadi peluang buy jangka panjang jika pasar mampu memastikan pemulihan teknikal menuju target USD 98.000–104.000 dalam beberapa minggu ke depan.
Untuk itu Investor diminta waspada dengan volatilitas yang meningkat dan ruang penurunan yang belum tertutup. Pelaku pasar diimbau untuk berhati-hati dalam mengambil posisi, terutama bagi investor ritel.
“Kondisi pasar yang didominasi ketakutan ekstrem (extreme fear) menjadi sinyal penting bahwa risiko jangka pendek masih sangat tinggi,” pungkasnya.
Writer : Wahyu/ Newstimes.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di WhatsApp Channel & Google News



