MalangRaya, Newstimes- Adanya topik perubahan iklim yang menjadi perbincangan Dunia, khusunya Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organizational (WHO), sudah mengeluarkan seruan dan mendesak aksi, penanggulangan iklim global, dengan mitigasi serta memperkuat ketahanan terhadap Krisis Iklim
Dengan Dampak Iklim tersebut, Sekertaris Dinas Kesahatan Kota Malang mengatakan, dampak iklim yang saat sedang menjadi perbincangan Dunia, bisa berdampak negatif, kepada kesehatan, maka sebab itu peran Tenaga Kesehatan (Nakes), di butuhkan guna mengedukasi masyarakat dalam pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap Krisis Iklim ujar “dr Umar Usman MM Sekretaris Dinas kesehatan Kota Malang “.
“Perubahan iklim berdampak negatif pada kesehatan. Karenanya diperlukan peran tenaga kesehatan (nakes) mengedukasi masyarakat, dalam pencegahan dan kesiapsiagaan,” terang nya pada Kamis (18/1/2024).
Pria jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga juga menyebut, beragam dampak perubahan iklim menjadi sektor bagi kesehatan manusia. Dampak itu bisa berkaitan dengan, Pertama, munculnya kondisi kesehatan kronis; gizi, ketahanan pangan; penyakit yang ditularkan melalui makanan, udara, dan vektor.
Kedua, menimbulkan risiko kejadian suatu penyakit, transmisi penyakit, yakni perubahan pada pola penularan penyakit.
Contohnya, jika Demam Berdarah dan Flu sebelumnya umumnya ditemukan saat musim hujan, tapi kini penyakit tersebut juga muncul sepanjang tahun.
Sektor kesehatan merupakan bagian hilir dari dampak perubahan iklim, bisa secara langsung maupun tidak langsung, berakibat pada kesehatan fisik, dan kesehatan mental.
Kasus Malaria dan Demam Berdarah dari tahun ke tahun di Indonesia sejak tahun 2015 – 2020 cenderung naik.
Lelaki yang juga Wakil Ketua PC NU Kabupaten Malang ini mengungkapkan tugas penting nakes.
Pertama, nakes diharapkan bisa membekali individu dengan pengetahuan yang cukup untuk mengambil tindakan guna mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
Kedua, mengidentifikasi kelompok rentan dan ketiga, memberikan panduan kepada masyarakat mencegah dan meminimalkan risiko kesehatan.
dr Umar menjelaskan pemerintah telah mengidentifikasi empat kelompok prioritas penyakit akibat perubahan iklim, meliputi penyakit tular vektor (Malaria dan DBD), penyakit tular air (Diare), dan penyakit tular udara (Pneumonia, ISPA, dan TBC).
Kelompok prioritas penyakit lainnya yakni malnutrisi meliputi Tengkes atau Stunting (gagal tumbuh kembang akibat kurang gizi kronis), Wasting (kurus atau berat badan turun hingga di bawah standar pertumbuhan anak), dan penurunan berat badan, dan underweight (berat badan di bawah standar pertumbuhan anak).
Selanjutnya Pria berjuluk Dokter Rakyat ini memaparkan pentingnya perhatian terhadap anak sebagai kelompok usia paling rentan terdampak dari perubahan iklim.
Berbagai dampak yang berpotensi muncul , yakni kematian bayi secara mendadak, angka kecacatan meningkat dan hipotermia yang bisa mengancam keselamatan jiwa.
“Ini membutuhkan sinergi semua pihak. Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kota, swasta, dan masyarakat harus bersama – sama melakukan mitigasi, dan edukasi, meminimalisir dampak kesehatan akibat perubahan iklim,” urainya mengakhiri.(fan)