NEWS TIMES – Sebuah Video viral di media sosial tik tok seorang pria bernama Ivan yang diduga melakukan tindakan arogansi terhadap anak pelajar SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, dengan menyuruh bersujud sambil menggonggong bagaikan anjing, kini berlanjut di kepolisian.
Berdasarkan informasi yang diperoleh jurnalis Newstimes.id, bahwa Ivan merupakan seorang pengusaha di World Trade Center (WTC) Surabaya.
Setelah video itu viral, Ivan kemudian dilaporkan ke Polrestabes Surabaya. Laporan polisi itu tertuang dalam nomor LP/B/1103/XI/2024/SPKT Polrestabes Surabaya/Polda Jawa Timur.
Kini pihak kepolisian telah memeriksa 8 orang yang, dan melakukan pendalaman atas kejadian tersebut.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol. Dirmanto mengatakan, bahwa hasil keterangan dari penyidik anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya, Ivan telah diperiksa sebanyak 3 kali.
“Saksi yang diperiksa sekitar 8 orang. Saudara I sudah diperiksa sebanyak tiga kali. Sampai saat ini masih kita dalami, karena menyangkut masa depan anak dan ada asas ultimum remedium,” ungkapnya, Rabu (13/11/2024) di Mapolrestabes Surabaya.
Untuk saat ini, saksi yang diperiksa diprediksi akan bertambah. Pihaknya juga bakal memintai keterangan saksi ahli.
“Iya (proses hukum) tetap berlanjut. Kemungkinan nanti masih ada beberapa yang kita lakukan pemeriksaan, mungkin dari beberapa ahli akan kita panggil nanti,” terangnya.
Dirmanto juga menjelaskan bahwa 8 orang tersebut termasuk kedua belah pihak dan guru-guru di sekolah tersebut. “Kedua belah pihak sudah diperiksa begitu juga guru-guru sekolah. Sejak tanggal 22 hingga sekarang ini sudah ada 8 orang,” jelasnya.
Menurutnya, kedua belah pihak tersebut sudah melakukan perdamaian, namun pihak sekolah mendesak kepolisian agar tetap berlanjut.
“Pihak sekolah Gloria ini terus mendesak agar Polrestabes Surabaya untuk melakukan proses lanjut. Terkait kejadian tersebut, dan saat ini kita terus melakukan pendalaman,” pungkasnya.
Sementara, Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Aris Purwanto menambahkan bahwa saksi-saksi yang diperiksa kebanyakan dari pihak internal sekolah. “Ada sekuriti, beberapa guru dan kepala sekolah, orangtua korban, dan si terduga pelaku,” pungkasnya.
Reporter : Amri/ Newstimes.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di WhatsApp Channel & Google News