NEWS TIMES, JAKARTA – Kolintang, alat musik tradisional yang dikenal sebagai alat musik perkusi bernada dari kayu yang berasal dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Alat musik satu ini, telah diakui keindahannya di dunia internasional.
Kolintang sukses melakukan pertunjukan di berbagai negara. Salah satunya menghibut tamu pada acara Malam Tamu Ratu Denmark di Istana Kepresidenan. Namun siapa sangka Kolintang memiki fakta menarik. Mari kita simak fakta menarik Kolintang :
Asal usul nama Kolintang terinspirasi dari nada yang dikeluarkan dari suatu alat musik seperti “Tong” untuk nada rendah, “Ting” untuk nada tinggi, dan “Tang” untuk nada tengah, serta menggunakan istilah “ber tong ting tang” sambil mengungkapkan kalimat “Maimo Kumolintang” untuk mengajak orang memainkannya. Sehingga, lambat laun ungkapan tersebut berubah menjadi Kolintang.
Pada zaman dahulu, musik Kolintang digunakan untuk upacara ritual adat yang berhubungan dengan pemujaan roh leluhur. Namun, seiring berjalannya waktu musik Kolintang lebih difungsikan sebagai pengiring tarian, pengiring lagu, atau pertunjukan musik.
Kreativitas generasi muda telah menciptakan kolaborasi antara Kolintang dengan alat musik modern sebagai pengiring lagu dengan genre pop, jazz, dan rock. Kolintang terbuat dari kayu khusus yang ringan namun cukup padat kemudian disusun membentuk garis-garis sejajar.
Umumnya, kayu yang digunakan adalah kayu telur, kayu bandaran, kayu wnuang, dan kayu kakinik. Selanjutnya kayu dari pohon tersebut dikeringkan terlebih dahulu sebelum diproses menjadi bilah bilah kecil, yang mana bilah tersebut dikurangi panjangnya hingga menghasilkan nada yang sesuai.
Berdasarkan suara yang dihasilkan, alat musik Kolintang terbagi menjadi sembilan jenis, yaitu loway (bass), cella (cello), karua (tenor 1), karua rua (tenor 2), uner (alto 1), uner rua (alto 2), katelu (ukulele), ina esa (melodi 1), ina rua (melodi 2), dan ina taweng (melodi 3).
Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan mallet, tongkat kecil dengan bagian ujung dibalut sebuah kain atau benang. Biasanya mallet berjumlah tiga yang diberi nomor tersendiri untuk memainkannya.
Mallet nomor 1 biasanya digunakan di tangan kiri, sedangkan nomor dua dan tiga dipegang di tangan kanan biasanya di sela-sela jari sesuai dengan accord yang dimainkan.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sedang memperjuangkan Kolintang menjadi bagian dari Warisan Budaya tak Benda asal Indonesia versi The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Sebagai warga Indonesia kita mesti turut berbangga apabila Kolintang diakui secara resmi sebagai budaya dunia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News