NEWS TIMES – Harga Bitcoin (BTC) kembali melemah signifikan pada perdagangan Senin (13/10). Aset kripto terbesar di dunia itu sempat menyentuh titik terendah harian di kisaran USD 110.760, sebelum berbalik tipis ke USD 114.900 pada sore hari waktu Jakarta.
Penurunan tajam ini memperpanjang tren volatilitas yang terjadi sejak akhir pekan lalu, ketika tekanan jual melanda pasar kripto global.
Harga BTC Terkoreksi Setelah Tekanan Mingguan data pasar menunjukkan bahwa Bitcoin sempat mengalami penurunan lebih dari 4% dalam 24 jam terakhir, setelah sebelumnya menyentuh level psikologis USD 118.000. Dengan kisaran perdagangan harian antara USD 110.760 hingga USD 115.830, investor menghadapi volatilitas tinggi yang mencerminkan ketidakpastian di pasar aset digital.
Koreksi ini juga berdampak pada mata uang kripto utama lainnya. Ethereum (ETH) turun sekitar 3%, sementara Solana (SOL) dan Avalanche (AVAX) masing-masing merosot lebih dari 5% pada waktu yang sama.
Tiga Faktor Utama di Balik Penurunan Bitcoin Analis pasar menilai setidaknya ada tiga faktor besar yang memicu tekanan terhadap harga Bitcoin hari ini:
1. Aksi Ambil Untung (Profit Taking).
Setelah reli panjang pada kuartal ketiga 2025, banyak trader dan institusi memilih mengunci keuntungan. Aktivitas jual besar-besaran ini menyebabkan tekanan jangka pendek, terutama pada bursa derivatif dengan leverage tinggi.
2. Ketegangan Geopolitik dan Ekonomi Global.
Ketegangan perdagangan baru antara Amerika Serikat dan Tiongkok, termasuk rencana pengenaan tarif baru terhadap ekspor teknologi, menimbulkan sentimen risk-off di pasar global. Investor cenderung mengalihkan aset dari instrumen berisiko, termasuk kripto, menuju aset lindung nilai seperti emas dan obligasi pemerintah AS.
3. Likuidasi Derivatif Besar-besaran.
Berdasarkan data Coinglass, total likuidasi posisi kripto dalam 24 jam terakhir mencapai hampir USD 95 juta, dengan sekitar USD 68 juta berasal dari posisi short. Angka ini menunjukkan ketidakstabilan tinggi di pasar derivatif Bitcoin, yang mempercepat pergerakan harga dalam waktu singkat.
Dampak ke Pasar Domestik
Penurunan harga global turut terasa di Indonesia. Di pasar lokal seperti Indodax dan Tokocrypto, harga Bitcoin bergerak di kisaran Rp 1,85 – 1,92 miliar per BTC. Nilai tersebut masih fluktuatif mengikuti pergerakan dolar AS, yang saat ini berada di kisaran Rp 16.000.
Sementara itu, analisis dari platform TradingView menunjukkan pola teknikal Bitcoin masih berada dalam fase konsolidasi setelah penurunan tajam.
Dalam grafik harian, BTC terlihat membentuk area support kuat di sekitar USD 111.000, dengan indikator Relative Strength Index (RSI) mendekati zona oversold.
“Kondisi ini menandakan potensi rebound jangka pendek, namun tekanan jual belum sepenuhnya hilang selama harga belum mampu menembus USD 120.000,” tulis seorang Priska Aristanto di TradingView dalam publikasi terbarunya.
Beberapa trader di platform tersebut juga menyoroti adanya potensi dead cat bounce jika volume pembelian tidak meningkat secara signifikan.
Level Teknis yang Perlu Diperhatikan
Dari sisi teknikal, Bitcoin kini menghadapi area penting :
• Support utama: USD 111.000 dan USD 105.000
• Resistance jangka pendek: USD 116.000 dan USD 120.000
Jika harga berhasil menembus resistance USD 120.000, peluang rebound jangka menengah terbuka.
Sebaliknya, penembusan di bawah USD 111.000 dapat memicu koreksi lebih dalam hingga area USD 105.000. Analis teknikal dari CryptoQuant menambahkan bahwa indikator volume di bursa spot menunjukkan tekanan jual masih dominan, namun mulai melandai dibandingkan akhir pekan lalu.
ETF Bitcoin dan Suku Bunga AS Jadi Katalis Selanjutnya Selain faktor teknikal, investor kini menanti data baru dari aliran dana ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat.
Sepanjang pekan lalu, arus masuk (inflow) ETF menunjukkan pelemahan, menandakan turunnya minat institusional sementara waktu.
Sementara itu, pasar juga menantikan keputusan terbaru Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunga. Jika bank sentral AS mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, tekanan terhadap aset berisiko seperti kripto kemungkinan berlanjut.
Kesimpulannya, meski harga Bitcoin sedang berada dalam tekanan, sebagian pelaku pasar melihat kondisi ini sebagai fase konsolidasi alami setelah reli kuat selama 2025. Beberapa analis menilai bahwa koreksi seperti ini justru membuka peluang bagi investor jangka panjang untuk melakukan pembelian bertahap (DCA) di area support.
“Dalam jangka panjang, prospek Bitcoin tetap positif, terutama menjelang agenda halving berikutnya pada 2026,” tulis laporan mingguan CoinMetrics yang dikutip Newstimes.id.
Untuk saat ini, pasar kripto masih harus menghadapi kombinasi ketidakpastian makro, aksi ambil untung, dan tekanan teknikal jangka pendek sebuah ujian yang akan menentukan arah tren Bitcoin dalam beberapa minggu ke depan.
Writer : Wahyu /Newstimes.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di WhatsApp Channel & Google News




