NEWS TIMES – Siapa sangka, sosok dosen yang kini duduk di jajaran pimpinan kampus ini pernah menjadi bagian dari dunia media dan politik. Ia bahkan pernah satu panggung dengan artis Krisdayanti saat masa kampanye legislatif.
Perempuan itu adalah Dr. Sumiati, M.M., kini menjabat Wakil Rektor 3 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Di masa lalu, ia sempat menjadi anggota DPRD Jawa Timur periode 2009–2014, membidangi urusan pendidikan, kesehatan, dan sosial. Tapi di balik perjalanan panjang itu, Sumiati tetap setia pada panggilan hatinya: dunia pendidikan.
Lahir di Gresik pada 4 Januari 1969, Sumiati tumbuh dari keluarga sederhana. Ayahnya pedagang bahan bangunan dan pamong desa, sementara ibunya ibu rumah tangga yang bercita-cita tinggi: anak-anaknya harus bersekolah sampai sukses.
Pesan sang ibu, “Anak perempuan juga bisa jadi camat,” melekat kuat di ingatan Sumiati. Pesan itu menjadi semacam pendorong dalam setiap langkahnya.
Setelah lulus dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG), orang tuanya sempat ingin menikahkannya muda. Tapi Sumiati menolak. Ia memilih bekerja sebagai guru les agar bisa kuliah di IKIP Surabaya. Keputusan itu menjadi titik balik dalam hidupnya.
Tahun 1992, ia menjajal dunia media dan bergabung di SCTV Surabaya, salah satu stasiun televisi swasta pertama di kota ini. Ia menulis sinopsis film untuk koran dan mendapat bimbingan langsung dari budayawan Arswendo Atmowiloto. “Tulisanmu jangan datar, harus menggoda penonton,” pesan Arswendo kala itu.
Tulisan-tulisan Sumiati berkembang tajam dan dikenal provokatif. Tapi, kebijakan Menteri Penerangan yang mewajibkan semua stasiun televisi swasta memusatkan siaran ke Jakarta membuat SCTV Surabaya berhenti beroperasi. Di saat yang sama, ibunya jatuh sakit. Sumiati pun pulang ke Gresik dan menutup karier medianya.
Hidup membawanya kembali ke pendidikan. Ia melanjutkan studi Magister Manajemen di Untag Surabaya dan resmi menjadi dosen pada 1996. Dunia kampus menjadi rumah barunya. Dari sini, semangat sosialnya terus tumbuh.
Lewat kegiatan koperasi, ia aktif di Forum Perempuan Nasionalis Indonesia (FPNI) Jawa Timur. Dari organisasi itu, Sumiati mendapat kesempatan mengikuti program International Visitor Leadership Program (IVLP) ke Amerika Serikat. Ia mengunjungi tujuh negara bagian dan bertemu banyak perempuan inspiratif.
“Saya belajar, di mana pun perempuan punya tantangan yang sama. Tapi mereka saling menguatkan,” kenangnya.
Dari organisasi, jalannya mengarah ke politik. Ia bergabung di DPD PDIP Jawa Timur dan akhirnya terpilih menjadi anggota DPRD Jatim periode 2009–2014. Ia juga menjadi bagian dari tim kampanye Krisdayanti dengan tema “Perempuan Hebat, Indonesia Kuat.”
Meski menikmati perannya, Sumiati tahu politik penuh dinamika. “Saya banyak belajar dari politik, tapi hati saya tetap di pendidikan,” ujarnya.
Setelah masa jabatannya berakhir, ia kembali total ke kampus. Ia memimpin pendirian Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) P1 Untag Surabaya yang kini menjadi rujukan nasional. Berkat kiprahnya, ia dipercaya menjadi Master Assessor BNSP, satu-satunya di Untag Surabaya.
Pada 19 Agustus 2025, Sumiati dilantik sebagai Wakil Rektor 3 Untag Surabaya. Di usia 56 tahun, semangatnya masih membara. Ia dikenal sebagai sosok disiplin, tegas, tapi hangat terhadap mahasiswa.
Rekan-rekannya menjulukinya “Mrs. Struggle” julukan yang lahir dari keteguhan dan kerja kerasnya sebagai ibu tunggal dengan empat anak sukses. “Saya berusaha untuk menerima, bersyukur, dan berpikir positif. Orang boleh bicara apa saja, tapi yang tahu diri saya adalah saya sendiri,” katanya tenang.
Dari Gresik hingga berkeliling lima benua, dari ruang redaksi ke ruang kuliah, dari kursi dewan hingga lembaga sertifikasi, Sumiati membuktikan satu hal sederhana: perempuan tangguh bukan karena jabatan, tapi karena keberanian untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.




